ANAK YANG DITUNGGU OLEH SIKSA API NERAKA

Agama1 Dilihat
banner 468x60

“Yaa Allah Tuhanku, ampunilah aku dan ampunilah kedua Orang Tuaku, Ibu dan Bapakku, sayangi dan manjakan mereka berdua seperti Orang Tua menyayangi dan memanjakan anak anaknya waktu kecil.”

Mentengnews.comJakarta :

banner 336x280

Oleh:
Abdul Hamid Husain

Ada 3 golongan Manusia yang kelak di Akhirat yang diabaikan oleh Allah SWT, yaitu:
– Anak yang durhaka, dan kasar pada Orang Tua.
– Peminum Minuman Keras, dan
– Bersedekah tapi diiringi dengan omongan yang menyakitkan.

Ada pula 3 golongan Manusia yang dipastikan oleh Allah akan disiksa di api Neraka, yaitu;
– Anak yang kasar, durhaka pada Orang Tuanya.
– Suami yang membiarkan isterinya bersenang senang dengan pria lain tanpa rasa cemburu.
– Wanita tomboi yang sehari harinya berpenampilan seperti laki laki.

TRUE STORY:
Rasullullah SAW bersabda:

عن رسول الله صلى الله عليه وسلم
قال: ثلاثة لا ينظر الله إليهم يوم القيامة:
العاق لوالديه ومدمن الخمر والمنان عطاءه.

وثلاثة لا يدخلون الجنة:
العاق لوالديه والديوث والرجلة. رواه النسائي

الديوث هو الرجل الذي لا يغار على حريمه
ويرضى بالمعصية والفاحشة
الرجلة هي المرأة المتشبهة بالرجال
Artinya:
“Ada tiga golongan Manusia yang kelak di Akhirat tidak dipandang dan mereka diabaikan oleh Allaah, yaitu:
Anak yang tidak peduli dan tidak pula memuliakan Kedua Orang Tuanya, peminum minuman keras, dan orang yang memberi bantuan tapi dengan melecehkan dan dengan kata kata yang menyakitkan.

Ada pula tiga golongan Manusia yang pasti akan disiksa di Api Neraka, yaitu:
Anak yang tidak mengutamakan dan tidak peduli pada kedua Orang Tuanya, suami yang tidak cemburu melihat isterinya bermesraan dengan orang lain, dan perempuan yang berpenampilan seperti laki laki”.
(Hadits Sahih oleh
Al Imam An Nasaai).

POINTERS:
1. Utamakan, muliakan, dan dahulukan kedua Orang Tua. Dan Jangan pernah berkata kasar apalagi menyakiti perasaannya.
Ingat Firman Allah SWT;

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya:
“Allah Tuhanmu telah Memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Allah, dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya. Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang sopan, yang baik.”
(QS Al Israa. Surah ke 17, ayat 23, halaman 284).

2. Allah SWT selalu Memerintahkan kita untuk bersyukur kepada Allah. dan berterima kasih kepada kedua Orang Tua.
Allah SWT Berfirman;

اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.”
Hanya kepada-Kulah engkau semua akan kembali.”
(QS Luqman, surah ke 31, ayat 14, halaman 412).

3. Rasuulullaah SAW menekankan bahwa berbakti kepada kedua Orang Tua menempati posisi tertinggi setelah Shalat, yang merupakan ibadah terpenting dalam Islam.
Hal ini dinyatakan dengan kata ‘ثُمَّ’ (kemudian/lalu) yang menunjukkan urutan pentingnya kedua perbuatan tersebut.
Rasuulullaah SAW bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ:” الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا” قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ:” ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ” قَالَ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ:” الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ”

Artinya:
“Sahabat Abdullah Bin Mas’ud RA menuturkan”
“Aku bertanya kepada Nabi SAW; ‘Amalan apa yang paling dicintai Allaah SWT?’
Nabi SAW menjawab: ‘Mengerjakan Shalat pada waktunya.’
Aku bertanya lagi; ‘Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab; ‘Berbakti kepada kedua Orang Tua.’ Aku bertanya lagi; ‘Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab; ‘Jihad di jalan Allaah.’”
(Hadits Sahih oleh Abdullah Bin Mas’uud)

4. Rasulullaah SAW besabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:” إِنَّ مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمَ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ” قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ” نَعَمْ. يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ”
Artinya:
“Sungguh, termasuk dosa besar adalah mencaci maki Orang Tua.”
Para Sahabat bertanya:
“Yaa Rasuulallaah, apakah mungkin seseorang mencaci maki Orang Tuanya?” Rasuulullaah SAW menjawab:
“Ya, seseorang mencaci maki ayahnya, maka dia pun dicaci maki ayahnya. Dan dia mencaci maki ibunya, maka dia pun dicaci maki ibunya.”
(Hadits Sahih oleh Abdullaah Bin Amru).

5. Meskipun Kedua Orang Tua Non Muslim Tetap harus Dihormati.
Al Imam Al Qurthubi, menekankan dalam Tafsir nya;
kewajiban berbakti kepada kedua Orang Tua tidak dibatasi oleh Agama yang dianut Orang Tua. Meskipun orang tua beragama Non-Muslim, kewajiban untuk menghormati dan berbuat baik kepada mereka tetaplah wajib.

Hal ini menunjukkan bahwa bakti kepada Orang Tua merupakan nilai universal yang melampaui batas Agama.

Kewajiban ini didasari atas rasa kasih sayang dan penghargaan atas jasa Orang Tua yang telah melahirkan, mengasuh, dan membesarkan kita. Hal ini berdasarkan Firman Allaah SWT;

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

Artinya:
“Allaah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan Agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sungguh, Allaah Mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS Al Mumtahanah, surah ke 60, ayat 8, halaman 550).

Simak penuturan Al Imam Al Qurthubi menafsirkan Ayat di atas;

لَا يَخْتَصُّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ بِأَنْ يَكُونَا مُسْلِمَيْنِ، بَلْ إِنْ كَانَا كَافِرَيْنِ يَبَرُّهُمَا وَيُحْسِنُ إِلَيْهِمَا إِذَا كَانَ لَهُمَا عَهْدٌ

Artinya:
“Kebaikan kepada Orang Tua tidak terbatas hanya jika mereka beragama Islam. Tetapi, jika mereka Non Muslim, maka berbaktilah kepada mereka dan berbuat baiklah kepada mereka, jika mereka memiliki perjanjian damai.”

6. Jadilah anak yang berbakti dan balaslah kebaikan mereka dengan penuh ketulusan:

إن يبلغا إلى حالة الضعف وهما عندك في آخر العمر كما كنت عندهما في أول العمر فلا تتضجر لواحد منهما بما تستقذر منه ولا تستثقل من مؤنه، أي ولا تقل له كلاما رديئا إذا وجدت منه رائحة تؤذيك كما أنهما لا يتقذران منك حين كنت تخرأ أو تبول

Artinya:
“Jika mereka berdua mencapai usia lanjut dan bersamamu di akhir hayat mereka, sebagaimana mereka bersamamu di awal hayat mereka, maka janganlah engkau merasa bosan dengan salah satu dari mereka karena hal yang menjijikkan bagimu, dan janganlah engkau merasa berat dengan bebannya.
Jangan pula katakan kepada mereka perkataan yang buruk jika engkau mencium bau yang tidak sedap dari mereka. Karena mereka pun tidak jijik kepadamu saat engkau buang air besar atau kecil”. [Syekh Nawawi Banten, Tafsir Marah Labib, Jilid I, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1417 H],

7. Kewajiban berbakti ini tidak berhenti setelah Orang Tua meninggal Dunia.
Anak wajib tetap menunjukkan baktinya dengan mendoakan Orang Tuanya, menjaga nama baik mereka, dan melaksanakan wasiat dan pesan pesan mereka.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Abu Daud, dalam kitab Sunan Abu Daud, diceritakan bahwa Sahabat dari Bani Salamah bertanya kepada Rasuulallaah SAW tentang kewajiban untuk berbakti pada Orang Tua yang telah wafat. Pertanyaan tersebut pun dijawab oleh Nabi SAW bahwa berbakti kepada Orang Tua tetap wajin dilakukan meskipun mereka sudah wafat:

عن أبي أسيد مالك بن ربيعة الساعدي رضي الله عنه قال: بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، إذ جاءه رجل من بني سلمة فقال: يا رسول الله، هل بقي عليَّ من بر أبويَّ شيءٌ أبرهما به بعد موتهما؟ قال: «نَعَمْ؛ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا. رواه ابو داود

Artinya:
“Dari Abu Said Malik Bin Rabi’ah As-Sa’idi RS, berkata:
“Tatkala kami sedang bersama Rasuulullaah SAW datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah dan berkata:
‘Yaa Rasuulallaah, apakah masih ada kewajiban berbakti kepada Orang Tua yang bisa saya lakukan setelah mereka meninggal?’ Rssuulullaah menjawab:
‘Ya, yaitu:
– Mendoakan mereka (orang tua),
– Memohonkan ampunan untuk mereka,
– Memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal,
– Menjalin Silatur Rahim dengan kerabat mereka yang tidak terjalin kecuali melalui mereka, dan
– Menghormati sahabat-sahabatnya.’”
(Hadits Sahih oleh Abu Dawud).

8. Hafal dan amalkan Doa ini;

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

“Allaahummag firlii wa liwaa lidayya, warham humaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa:
(“Yaa Allaah Tuhanku, ampunilah aku dan ampunilah kedua Orang Tuaku, Ibu dan Bapakku, sayangi dan manjakan mereka berdua seperti Orang Tua menyayangi dan memanjakan anak anaknya waktu kecil.”

Penutup:
Mari kita berdoa dengan Doa yang diajarkan oleh Rasullullah SAW ini:
“Yaa Allaah bimbinglah kami untuk selalu eling mengingat Mu yaa Allaah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik baiknya kepada Mu”
اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
(Allaahumma a’innaa ‘alaa dzikriKa, wa syukriKa, wa husni ‘ibaadatiKa).

Oleh:
Abdul Hamid Husain
Jakarta.
Alumnus:
-Ummul Qura University, Makkah.
-King Abdulaziz University, Jeddah.
-PM Gontor, Ponorogo.

Pengasuh; Alhusniyah Islamic School:
(3 Kampus: PAUD, TK, SD, SMP, SMA, TPQ dan MDTA)
Alfaatihah.
Aamiin

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *