Mentengnews.com – Jakarta :
Oleh:
Abdul Hamid Husain
Hidup ini tidak akan sepi dari komentar orang, omongan orang, gosip orang, sehebat apapun, sebaik apapun kita.
Manusia terhebat dan tersempurna, Muhammad Rasuulullaah SAW saja, masih digosipin, diomongin, tidak sepi dari celaan orang banyak.
TRUE STORY:
1. Tidak Mengapa Dibenci Orang, Asal Disayang Allaah.
Bagaimana agar disayangi Allaah SWT?.
Mari kita hayati Hadits Rasuulullaah SAW ini:
إنَّ اللهَ تعالى يُبغِضُ كلَّ عالِمٍ بالدنْيا جاهِلٍ بالآخِرَةِ.
(صحيح الجامع ١٨٧٩ )
“Sungguh, Allaah SWT Membenci orang yang pandai dalam urusan Duniawi tetapi bodoh dalam urusan Ukhrawi, bodoh soal Agama”.
(Hadits Sahih Al-Jaami’, 1879)
2. Jangan Bergosip Ria Jika Tidak Mau Jadi Bahan Gosip Orang.
Rasuulullaah SAW mengingatkan ;
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ. (رواه البخارى)
Artinya:
“Tidaklah seseorang melempar tuduhan kepada orang lain dengan kekejian, dan tidak pula menuduh dengan kekufuran MELAINKAN nyinyiran keji atau kekufuran itu akan membalik kepadanya, jika yang dituduh tidak demikian”.
(Hadits Sahih Riwayah Al Imam
Al Bukhari).
Berbahagialah mereka yang mampu menghindari ucapan buruk kepada siapapun.
Sebaiknya, selalu mendoakan siapapun agar mendapatkan hidayah dan berubah menjadi lebih baik lagi.
3. Kisah Nyata atau True Story Yang Bikin Bingung Jika Semua Didengar:
Pada suatu hari,
Al Imam Lukman
Al Hakim mengajak anaknya pergi ke pasar dengan menuntun keledai.
Di perjalanan, mereka dilihat orang banyak. Orang orang menggosipkan :
“Bodoh sekali Bapak dan Anak itu, bawa Keledai tapi tidak dinaiki, malah dituntun”. Mendengar omongan ini, anaknya kemudian naik ke atas punggung Keledai.
Kemudian, bertemu dengan orang yang lain, orang orang pun bergosip ria lagi: ”Durhaka sekali Anak itu, masak Bapaknya disuruh jalan kaki, sedangkan dia malah enak-enakan naik Keledai”. Mendengar ucapan orang itu, anaknya langsung turun dan menyuruh bapaknya Lukman Al Hakim naik ke atas punggung Keledai.
Di tengah perjalanan, kembali mereka bertemu dengan orang orang yang lain, mengomentari; “Bagaimana Bapak ini, tega sekali naik keledai sendiri, sedangkan Anaknya disuruh jalan kaki”.
Tidak tahan mendengar komentar ini, Anaknya lalu naik ke punggung Keledai. Jadilah mereka berdua naik Keledai berjalan ke arah Pasar.
Seperti sebelumnya, di tengah jalan mereka bertemu dengan orang orang lalu berkata; “Tega-teganya Bapak dan Anak itu, Keledai kecil malah dinaiki berdua”.
Anaknya langsung turun, kemudian berlari dan kembali lagi dengan membawa kayu dan seutas tali. Keledai itu lalu diikat dan dipikul oleh mereka berdua.
Akhirnya mereka sampai di Pasar, ternyata ketika keledai ditawarkan untuk dijual Keledainya tidak laku, karena tidak ada orang yang mau membeli Keledai yang sudah lemas.
Sang anak kemudian bertanya kepada Ayahnya, Lukman
Al Hakim;
“Bapak adalah orang pinter dan Ahli Hikmah, yang sering dimintai solusi oleh Masyarakat luas, bagaimana ini yang terjadi dengan kita sekarang , begini salah, begitu salah?
Al Imam Lukman
Al Hakim pun berkata kepada anaknya :
“Wahai Anakku, janganlah engkau mengikuti pendapat orang lain yang tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan mereka belaka”.
Kemudian beliau melanjutkan dengan mengutip kata-kata Ali Bin Abi Thalib RA:
”Janganlah engkau mencari pembenaran dari makhluk, tetapi temukanlah kebenaran yang dari Allaah SWT terlebih dahulu, kemudian engkau tentukan siapa-siapa yang berada di sana”
POINTERS:
1. Jangan mudah terpengaruh gosip, jangan hanyut pada omongan orang.
2. Bersikaplah yang jujur, amanah dan terbaik meski pahit :
Rasuulullaah SAW Bersabda,
قُلِ اَلْحَقَّ, وَلَوْ كَانَ مُرًّا
“Katakanlah yang benar meskipun itu pahit, dan berat untuk dikatakan.”
(Hadits Sahih Riwayah Ibnu Hibban, no. 2041).
3. Dari kisah ini, Lukman Al Hakim mengajarkan Hikmah pada anaknya:
– bagaimana seharusnya mengambil keputusan dan bagaimana bersikap atas keputusan yang telah diambil.
– Jangan merasa rendah diri karena menempuh jalan yang benar walaupun sedikit orang yang menempuhnya dan jangan tertipu oleh yang bathil walaupun banyak orang yang melakukannya.
(Kitab Minhaajul Taksis Wat Taqdiis fii Kasyfis Syubuhaat, Dawud Bin Jarjis: 1/84).
4. Jangan Mudah Tergoda:
Allaah SWT Berfirman;
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Artinya:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang yang ada di muka Bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allaah.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta terhadap Allaah”.
(QS Al An’aam, surah ke 6, ayat 116, Halaman 142).
5. Teruslah memperbaiki kualitas diri dan meningkatkan Iman, agar kuat dan tahan terhadap segala gosip dan komentar orang”.
Penutup:
Mari kita berdoa dengan Doa yang diajarkan oleh Rasuulullaah SAW ini:
“Yaa Allaah bimbinglah kami untuk selalu eling mengingat Mu yaa Allaah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik baiknya kepada Mu”
اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
(Allaahumma a’innaa ‘alaa dzikriKa, wa syukriKa, wa husni ‘ibaadatiKa).
Oleh:
Abdul Hamid Husain
Jakarta.
Alumnus:
-Ummul Qura University, Makkah.
-King Abdulaziz University, Jeddah.
-PMD Gontor, Ponorogo.
Alfaatihah.
Aamiin