Mentengnews.com – Jakarta:
Dalam rentang waktu 17 Juli hingga 5 Agustus 2025, tim Densus berhasil menangkap enam terduga teroris dari sejumlah wilayah strategis di Indonesia.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, menjelaskan bahwa penangkapan berlangsung di wilayah Aceh, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah.
Keenam terduga teroris ini diduga terafiliasi dengan jaringan ekstremis terorganisir, dengan masing-masing memegang peran penting.
“Enam orang tersebut memiliki peran berbeda-beda dalam struktur kelompok teror. Mereka mulai dari ketua, pembina internal, pengelola keuangan, hingga pengarsip dokumentasi,” ujar Trunoyudo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (06/08/2025).
Kronologi Penangkapan:
17 Juli 2025:
UB, ditangkap di Berau, Kalimantan Timur, diduga sebagai ketua organisasi.
LA, dicokok di Toli‑Toli, Sulawesi Tengah, diketahui menjadi pembina internal kelompok.
MI, ditangkap di Depok, Jawa Barat, merupakan anggota aktif kelompok radikal.
18 Juli 2025:
YK, ditangkap di Bogor, Jawa Barat, memiliki jabatan strategis sebagai kepala bidang dalam organisasi teror.
5 Agustus 2025:
ZA dan M diamankan di Banda Aceh. ZA disebut sebagai pengelola keuangan kelompok, sementara M bertanggung jawab atas penyimpanan dokumen penting.
Menariknya, berdasarkan informasi, salah satu tersangka tercatat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Agama, yang mengindikasikan adanya penyusupan ideologi ekstrem di lingkungan birokrasi.
Dari tangan para tersangka, polisi menyita sejumlah barang bukti, antara lain dokumen perekrutan, perangkat elektronik, senjata tajam, paspor, rekening bank, hingga tabung gas senjata airsoft gun.
Brigjen Trunoyudo mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi radikalisasi terselubung.
“Kegiatan yang tampak sosial dan religius bisa saja menjadi kedok perekrutan. Kami minta masyarakat segera melapor bila melihat gelagat mencurigakan,” katanya.
Operasi ini sekaligus menjadi peringatan bahwa sel-sel teror masih eksis dan berupaya membangun jaringan di berbagai wilayah, termasuk menyasar institusi formal dan masyarakat sipil.
(Rls)