GALERI FOTO

Desember 7, 2024

MENTENG NEWS

REPRESENT EVENTS COMPLETELY, POORLY, AND TRUSTED

Erick D.Simanjuntak : Jurnalis atau Wartawan merupakan Profesi Mulia dan Ikut Serta Dalam Memajukan Bangsa

Mentengnews.comPekanbaru(Opini) Perjalanan dalam menggeluti karir di dunia jurnalistik memiliki berbagai bentuk corak yang terkadang aneh, lucu, menegangkan, menguras pikiran, energi serta kadang membosankan dan menyebalkan. Kamis (23/2)

Hal ini saya rasa dialami oleh sesama jurnalis yang memang serius menggeluti profesinya yang berjalan didalam koridor sesuai dari arti Jurnalis atau pewarta itu sendiri.

 

Jurnalis atau Wartawan merupakan profesi Mulia dalam ikut memajukan Bangsa dan Negara ini, itu tidak bisa dipungkiri. Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa hal, seperti ikut serta dalam penyampaian informasi dari program Pemerintah, ikut aktif dalam pemberitaan bersifat kontrol Sosial menyangkut kepentingan masyarakat dan banyak lagi hal – hal penting dalam perjalanan Bangsa dan Negara ini.

Penulis yang merupakan anak dari H.Simanjuntak, seorang wartawan yang telah menjalani profesinya semenjak tahun 1973 dan sudah boleh dikatakan termasuk wartawan senior khususnya di Propinsi Riau telah melihat begitu banyaknya ragam perubahan seiring perjalanan waktu dan jaman dalam dunia Jurnalistik atau pewarta ini.

Penulis masih melihat dan ikut serta merasakan secara tidak langsung bagaimana perjalanan hidup dari seorang wartawan kelahiran Kota Sibolga Tahun 1951 tersebut.

Hotman Simanjuntak, anak ke 6 dari 8 bersaudara, Putra dari Karal Simanjuntak dan Samaria Br Silitonga merantau ke kota Pekanbaru di usia anak kelas 6 SD, mengikuti abangnya yang sudah duluan merantau dikarenakan faktor kemiskinan hidup di Sibolga.

Oh iya mungkin banyak yang belum tahu, di masa tahun – tahun 60 an, kota Pekanbaru baru sampai daerah Pasar Bawah dan Plaza Senapelan sekarang lho. Dan Penulis masih mengikuti perkembangan kota tersebut karena sekitar tahun 1980 an, kantor Walikota masih di Jalan Sudirman tepatnya di seberang jalan Ratulangi dengan bangunan masih semi permanen, separuh semen dan papan. Masih berupa bangunan sederhana.

Penulis masih menyaksikan bagaimana saat itu sangat sulit untuk menjadi seorang wartawan atau jurnalis. Bagaimana sulitnya mengirim berita ke Jakarta, dan upah yang hanya 25 perak/berita yang dibuat dengan mesin tik ( masih ingat mesin Ketik?).
Bagaimana dalam pembuatan satu berita saja bisa berulang kali di ulang – ulang jika ada kata atau kalimat yang salah. Dan itu dikerjakan berulang – ulang dari pagi sampai tengah malam.
(Coba bayangin bro)

Pada saat itu, Hotman Simanjuntak akhirnya dipercaya sebagai Kepala pada Koran Harian Angkatan Bersenjata ( ABRI) Propinsi Riau. Hari – hari penulis disaat sekolah, adalah mengikuti kemana saja Bapak berkendara setelah dijemput sehabis pulang sekolah( Walau sering telat dijemput). Dan ini terus berlangsung hari demi hari. Masih teringat jelas di benak penulis, masa dimana Seharian sehabis pulang Sekolah, harus nangkring menemani Bapak di kantornya di KOREM 031/WB dan Mapolda Riau ( Dahulu masih ABRI ya ..), ataupun ke kantor Gubernur. Dan Bapak sering pergi naik Helikopter menyertai perjalanan Dinas dari Tripida atau Muspida yang sekarang kita kenal sebagai Forkopimda dalam kunjungan Dinas ke Kabupaten atau Lokasi – Lokasi tujuan kerja.

Dulu bro, setiap perayaan 17 Agustusan, masih ada Di gelar Pameran Pembangunan lho. Berlokasi diseputaran Stadion Hang Tuah ( Deretan Kolam Kalinjuhang dulu guys) . Penulis masih sempat ikut dengan Bapak menjadi tukang parkir dadakan lho, lokasinya masih ingat betul, di seberang samping gedung Makorem yang Megah sekarang ( Dahulu masih ada Hotelnya).

Kembali ke Topik ya, Kemudian di tahun 1983, dikarenakan desakan dari Adik Hotman Simanjuntak, untuk mendirikan Radio Siaran Swasta, maka didirikanlah Radio Monaria yang berlokasi awal di depan Rumah Purnawirawan Polisi Peltu Family Silitonga ( Depan Koramil kec.Lima Puluh).

Tiorida Simanjuntak pemilik Kardopa Grub Sumatra Utara inilah yang memberi support dan dukungan penuh kepada para saudaranya, termasuk Hotman Simanjuntak. Maklum kehidupan seorang Jurnalistik ataupun pewarta masa yang saya alami cukup sulit hidup hehehehe… Benar lho, saya masih sering antar jemput es dan kue buatan mama penulis, Rosdiaty Br Silitonga ke tiap – tiap warung lho. Mama juga sering aktif dan bersama dengan Bapa di kantor PWI Riau yang dulunya di jalan Sumatra ( sekarang jadi Kantor Pokja). Begitu banyak kegiatan dikantor Persatuan Wartawan Indonesia tersebut, mulai dari pembahasan Organisasi internal maupun eksternal, kegiatan ibu – ibu Wartawan (IKWI) dan kadang sekedar kongkow – kongkow. Banyak yang masih penulis ingat dari wajah-wajah wartawan Tempoe Doeloe itu, tapi gak perlu dibahaslah. Yang jelas kantor itu jika mereka berkumpul full asap rokok… wkwkwk

Penulis melihat begitu banyak kesulitan ataupun rintangan bagi para Jurnalis dan Pewarta jaman tersebut. Dimana pengawasan dari Pemerintah begitu ketat, banyak pelatihan dan Diklat yang harus wajib diikuti, kegiatan lomba karya tulis dll. Nah Hotman Simanjuntak yang merupakan pimpinan Koran Harian ABRI masa itu, harus juga mengikuti pelatihan semi militer seperti jasmani, menembak dan sebagainya.( Karena mereka dikategori kan pada masa itu sebagai wartawan Perang guys, (dari media ABRI langsung) yang dipimpin oleh Almarhum Brigjen Syarwan Hamid (Puspen Mabes ABRI).

Perjalanan karir yang begitu panjang selama 40 Tahun lebih bagi Bapak Hotman Simanjuntak dalam meniti karir Jurnalistiknya. Penuh suka duka dan canda tentunya.

Hal – hal tersebut banyak yang tidak lagi dilihat atau dirasakan oleh penulis. Saat ini dan saat itu sungguh jauhhhhh berbeda.
Apa ini karena perkembangan jaman yang diiringi perubahan pola pikir dan sudut pandang berdasarkan generasi atau pondasi dasar dari tujuan utama profesi Jurnalis atau pewarta itu sudah bergeser ??? Mari kita bertanya pada hati dan pikiran kita pribadi – pribadi. Jika belum dapat jawaban, mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Karena apapun itu, Hidup ini akan kita pertanggung jawabkan kepada Sang Khalik.

Sebagai penutup, Penulis juga tidak pernah bermimpi atau bercita – cita jadi seorang Jurnalis atau pewarta lho…Inilah Kehidupan. Udah dulu ya Guys, Saya mau mandi dulu. Pesan saya, jangan lawan kata hati mu, berjalanlah dengan doa harapan, Allah menuntun Kita…Aminnn🙏

Opini 

Penulis : Erick D.Simanjuntak

” Jurnalis Bercerita “

About The Author