“Paku Yang Bengkok Tidak Akan Dipukul, Justru Yang Lurus Akan Dihantam Terus”
Oleh : Daeng Johan
– Ketua DPP Perkumpulan Pemimpin Redaksi Intelektual (PPRI)
– Wakil Sekretaris Perkumpulan Wartawan Media Online Indonesia (PW MOI) Kota Pekanbaru
– Sekretaris LSM DPD Barisan Rakyat Anti Korupsi (Bara Api) Riau
Opini dan Rangkuman Dari Berbagai Sumber
Mentengnews.com – Pekanbaru :
Paku yang sudah menempel akibat dipukul terus menerus akan sulit sekali untuk dicabut, kecuali dengan cara tertentu baru bisa dicabut, hal tersebut banyak sekali maknanya, salah satunya dapat diartikan bahwa apapun jabatan dan karir kita akan gampang sekali dijatuhkan, dijatuhkan atau ditumbangkan oleh kawan terdekat kita bukan orang yang jauh dari kita, martil dan paku selalu bersama dan martil pula yang bisa menokok dan mencabut nya ..
Sungguh benar firman Allah “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS.Al-Baqarah : 164)”.
Pernyataan “paku yang bengkok tidak akan dipukul, justru yang lurus akan dihantam terus” merupakan suatu peribahasa atau ungkapan yang memiliki makna filosofis atau metaforis. Secara umum, pernyataan ini dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan pesan atau ajaran tertentu. Meskipun variasi maknanya bisa tergantung pada konteks dan interpretasi, berikut adalah beberapa kemungkinan makna dari pernyataan tersebut:
Masih banyak firman Allah yang menjelaskan tentang berbagai rahasia Allah terhadap ciptaan-Nya. Di antara tujuan Allah adalah agar manusia belajar (i’tibar) atas semua fenomena yang ada. Di antara begitu banyak fenomena ciptaan-Nya yang patut diambil pelajaran adalah “paku”.
Kebangkitan atau Perlawanan: Pernyataan ini mungkin ingin menyampaikan pesan tentang kekuatan atau ketahanan terhadap cobaan atau kesulitan. Paku yang bengkok mungkin dianggap sulit untuk “dipukul” atau dikalahkan, sedangkan yang lurus lebih rentan dan mungkin sering dihadapi dengan tantangan.
Kejujuran atau Integritas: Ada kemungkinan bahwa pernyataan tersebut merujuk pada nilai kejujuran atau integritas. Paku yang lurus dianggap mudah “dihantam” karena kejujuran atau ketulusan cenderung menarik perhatian atau menghadapi cobaan, sementara paku yang bengkok (mungkin melambangkan sesuatu yang kurang jujur atau tulus) dihindari atau diabaikan.
Kritik terhadap Sistem atau Norma: Pernyataan ini mungkin mencerminkan pandangan kritis terhadap sistem atau norma tertentu. Paku yang lurus, mewakili orang atau hal yang sesuai dengan norma, mungkin lebih mungkin mengalami kritik atau perlawanan, sementara paku yang bengkok mungkin tidak mengikuti norma tersebut dan “tidak dipukul.”
Peribahasa atau ungkapan sering kali bersifat sangat kontekstual, dan maknanya dapat bervariasi di berbagai budaya atau situasi. Oleh karena itu, interpretasi terbaik dapat bergantung pada konteks spesifik di mana pernyataan tersebut digunakan.
Dalam memfungsikan tugas pokok paku, ia tak bisa lepas dari martil (penokok). Tugas paku adalah menyatukan dua sisi yang terpisah. Ketika martil melaksanakan tugasnya menokok paku,acap kali 2 (dua) fenomena muncul, yaitu tetap lurus menghunjam melaksanakan tugas dan fungsinya atau bengkok tanpa mampu melaksanakan tugasnya untuk merekat dua sisi benda.
Ternyata kehidupan manusia tak lepas bagai paku, bukan bagai tanaman. Dalam perspektif paku, manusia diperlihatkan pada dua sisi kehidupan yang sungguh aneh, yaitu : Pertama, bagai paku yang lurus, manusia yang bertindak dan berprilaku lurus sesuai aturan acapkali selalu dipukul dan dihantam oleh palu. Palu sepertinya tak sedikit menaruh simpati, atau tetap mencari celah agar paku lurus tetap terbenam.
Ada pula paku lurus memang sengaja ingin dibuang dan dibengkokkan dengan membenamkannya sebagian saja. Lalu, paku yang terbenam sebagian dijadikan sangkutan berbagai bentuk beban. Dalam kehidupan sosial, beban yang disangkutkan adalah berbagai tanggungjawab berat dan fitnah yang disematkan agar si paku bengkok dan tak berguna lagi, lalu kemudian dicabut dan dibuang.
Sungguh kejam beban (fitnah) yang disangkutkan pada paku yang ternyata di luar batas kemampuan paku. Meski sebenarnya hal tersebut hanya sebagai alasan untuk menyingkirkan paku yang lurus agar bengkok dan kemudian dicabut.
Kedua, bagai paku yang bengkok, manusia yang bertindak dan berprilaku menyalahi aturan justru dibiarkan dan tak dipuku sebagaimana paku lurus. Paku bengkok hanya dilihat dan dicabut secara perlahan.
Meski sadar bahwa paku bengkok tak mampu melaksanakan tugas dan fungsinya, namun perlakuan istimewa diberikan pada paku bengkok. Paling paku bengkok hanya dibuang, tanpa terbebani oleh akibat dirinya bengkok.
Demikian enak paku bengkok, meski menyalahi tugas dan fungsinya, hanya menerima pukulan seadanya, kemashlahatan dan perbedaan manusia tak mampu disatukan, ternyata ia hanya sekedar dibuang.
















